Jangan membohongi perasaan di atas puisi. Berpura – pura kuat bersandar pada hati yang hampir tandus, kau manusia bukan malaikat, Jatuh cintalah tidak apa apa.
Aku tersentak dan terkejut saat sahabatku mengatakan hal itu. Memang benar, selama ini aku menuangkan rasa ini hanya dalam puisi yang ku tulis dalam lembaran kehidupanku. Aku tak tahu harus bagaimana, saat rindu ini tumbuh begitu indah, engkau seakan menghiraukanku. Yang aku bigungkan sampai saat ini, apakah engkau menghindar karna kau ingin menuangkan rasamu padaku diwaktu yang tepat atau kau memang tak ingin aku mengukir kisah di lembaran hidupmu.
Aku tak tahu harus bagaimana mengatakan segala apa yang kurasakan, aku hanya bisa bersabar dalam rindu yang tak tertuang dalam raga yang berwujud. Senyummu, candamu, dan secangkir canda kala itu, kini hanya sebatas angan yang terbayang. Menyisakan kenang yang tak bisa terlupakann, karena memang aku tak ingin hal itu terjadi.
Aku masih ingat saat kau mengucapkan “Aku ingin ketika aku bersamamu Tuhan dan surgaNYA terasa begitu dekat”, apakah ini tanda bahwa kau menjaga diri dan mengungkapkan perasaanmu bila telah waktunya..?
Tak kuhitung sudah berapa lembar namamu ku tuangkan dalam puisi yang ku goreskan, aku menuliskan semuanya tentangmu. Tentang candamu , tentang tawamu dan tentang kita yang slalu merekahkan bibir bersama dalam canda yang tak berkesudahan kala itu.
Satu yang ingin kuucapkan padamu saat ini.
AKU RINDU


